Analisis Pendapatan Dan Nilai Tambah Agroindustri Kelanting

Melani Angger Dyasturi, Dini Rochdiani, Budi Setia

Abstract


Agroindustri kelanting selama ini tidak kurang meahami berapa pendapatan dan nilai tambah dari ubi kayu dijadikann kelanting. Penelitian ini mempunyai tujuan yaitu menganalisis pendapatan dan nilai tambah agroindustri kelanting. Riset kali ini mengenakan gaya studi kasus. Tempat untuk  riset dipilih secara sengaja di Desa Ciklapa Kecamatan Kedungreja Kabupaten Cilacap. Hasil penelitian menunjukan bahwa pendapatan bersih Agroindustri Kelanting adalah Rp 1.522. 606,95 per proses produksi, dan nilai tambah  Rp 17.226,07 per satu kilogram ubi kayu, artinya agroindustri kelanting dapat memberikan keuntungan bagi pengusahanya.

Keywords


pendapatan, nilai tambah, agroindustri, kelanting

References


Fungsi ubi kayu yaitu salah satu nya bahan pangan dan mempunyai fungsi yang sangat bagus untuk menyediakan bahan pangan cadangan untuk konsumsi warga, bisa juga diolah sebagai gula fruktosa yang dipakai untuk pemanis dalam industri pangan. Singkong juga dapat diolah menjadi alkohol. Bahkan singkong dapat dimanfaatkan untuk bahan industri tekstil, industri make up, industri lem, industri kertas, industri farmasi, dan lain-lain (Bambang Cahyono, 2004).

Kabupaten Cilacap ialah satu sentra produksi ubi kayu di Jawa Tengah. Menurut BPS (2019), hasil produksi ubi kayu di Kabupaten Cilacap adalah 113.024 ton dan banyak yang mengolah ubi kayu menjadi produk olahan yang bernilai tambah.

Kecamatan Kedungreja adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Cilacap yang memiliki agroindustri pengolahan ubi kayu menjadi produk olahan yaitu agroindustri kelanting. Bersumber pada data dari BPS Kabupaten Cilacap bahwa hasil produksi ubi kayu di Kecamatan Kedungreja mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang pendapatan dan nilai tambah agroindustri kelanting di Desa Ciklapa, Kecamatan Kedungreja, Kabupaten Cilacap.Tabel 1. Produksi Ubi Kayu di Kecamatan Kedungreja, Tahun 2020

Tabel 1. menunjukkan bahwa dari tahun 2016 sampai tahun 2020 produksi ubi kayu terus meningkat, hal ini seiring dengan bertambahnya luas pada lahan usahatani ubi kayu, sehingga semakin luas lahan usahatani, maka dan hasil produksi ubi kayu meningkat.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Metode yang dipakai untuk riset kali ini merupakan metode studi kasus, di UMKM Agroindustri Kelanting di Desa Ciklapa Kecamatan Kedungreja Kabupaten Cilacap. Serentetan agregasi data juga informasi yang detail, rinci, serius, holistik, dan tersusun tentang seseorang, kejadian, social setting (latar sosial), atau gabungan memakai banyak cara dan teknik serta beragam informasi buat menguasai dengan maksimal seperti apa orang, peristiwa, pengaturan alam (pengaturan sosial) bekerja maupun berguna sesuai konteks adalah gagasan studi kasus menurut Muri Yusuf (2017).

Teknik Pengumpulan Data

Untuk penelitian ini data yang dikumpulkan antara lain :

Data primer yang sudahh didapatkan melalui wawancara tatap muka/via online terhadap responden secara terstruktur. Muri Yusuf (2017), mengatakan bahwa secara sederhana dapat ditegaskan wawancara (interview) merupakan suatu peristiwa atau sistem interaksi dimana hal tersebut merupakan salah satu kiat yang manfaatnya demi pengumpulan data untuk riset.

Data sekunder merupakan data yang didapat dari lembaga yang bersangkutan, buku-buku dan keputaskaan yang berkaitan dengan riset ini.

Teknik Penentuan Responden

Satu orang pemilik agroindustri kelanting merupakan responden dalam penelitian ini yang diambil secara sengaja. Sugiyono (2017), mengatakan bahwa secara sengaja mengagmbil teknik pengambilan sampel data yang didasarkan dengan alasan tertentu

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendapatan Agroindustri Kelanting

Biaya produksi dihitung untuk kemudian dibandingkan dengan laba kotor pengrajin. Biaya produksi diperlukan agar dapat membantu proses produksi singkong menjelma brang atau makanan yang bernilai tinggi. Untuk menghitung biaya produksi kelanting ada biaya tetap dan biaya variabel. Biaya yang dikeluarkan pada agroindustri kelanting dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Biaya pada Agroindustri Kelanting

No Jenis Biaya- Jumlah ( Rp )

Biaya Tetap

a. Pajak. 92,82

b. Penyusutan-Alat 5.064

c. Bunga-modal 1.505,40

d. NPWP 409,83

Biaya-tetap-total 11.393,05

Biaya Variable

a. Bahan-baku-utama 200.000

b. Bahan baku penolong 242.000

c. Upah tenaga kerja 200.000

Biaya modal total 642.000

Biaya Total 653.393,05

Tabel 2, menunjukkan bahwa komponen biaya tetap terbesar pada agroindustri kelanting yaitu biaya bunga modal tetap Rp 1.505,40, sedangkan komponen biaya tidak tetap terbesar yaitu biaya bahan utama penolong Rp 200.000.

Untuk menghitung penerimaan agroindustri kelanting dapat dihitung mulai dari banyaknya hasil produksi kelanting (Q) yang dihasilkan dikalikan dengan harga jual produk (R). Banyaknya hasil olahan kelanting yang dihasilkan 68 kg dengan harga jual produk Rp 32.000/kg, sehingga agroindustri kelanting mendapatkan penerimaan yang diperoleh dari perhitungan :

TR= Q x R

=68 kg x Rp 32.000/kg

= Rp 2.176.000

Jadi agroindustri kelanting mendapatkan penerimaan sebesar Rp 2.176.000 untuk sekali produksi.

Pendapatan agroindustri ialah perhitungan dari total receipt (TR) dikurangi total cost (TC). Agroindustri kelanting mempunyai total receipt (TR) sebesar Rp 2.176.000 dalam satu kali produksi, sedangkan pengeluaran total Rp 653.393,05 sehingga pendapatan agroindustri kelanting adalah:

(π) = TR – TC

= Rp 2.176.000 – Rp 653.393,05

= Rp 1.522. 606,95

Jadi agroindustri kelanting mempunyai pendapatan sebesar Rp 1.522. 606,95 untuk sekali produksi.

Nilai Tambah Agroindustri Kelanting

Untuk mencari nilai tambah di agroindustri kelanting kita dapat menghitung dengan metode nilai tambah Hayami yang terlihat pada Tabel 3

Tabel-3. Nilai-Tambah Menggunakan Metode-Hayami

No. Variabelll Nilaii

Simbol Perhitungan

I. Input, Output,-Harga

Hasil Produsi-(Kg/Proses Produksi) aa 68

Bahan-Baku-(Kg) bb 100

Tenaga Kerja (HOK)) cc 8

Faktor-Konversi D = a/bb 0,68

Koefesien-Tenaga-Kerja (HOK)) E = c/bb 0,08

Harga1Produk (Rp/Kg) Ff 32.000

Upah-Rata-Rata Tenaga-Kerja(Rp) Gg 25.000

II. Pendapatan-dan-keuntungan (Rp/Kg)

Harga-Bahan-Baku (Rp/Kg) Hh 2.000

Sumbangan Input-Lain (Rp/Kg) Ii 2.533,93

Nilai-Output (Rp/Kg) J = d-x-f 21.760

a. Nilai-Tambah-(Rp/Kg)) K = j-i-hi 17.226,07

b. Rasio-Nilai-Tambah (%) L% = k:j x 100%p 0.79%

a. Imbalan Tenaga-Kerja (Rp) M = e-x-g 2.000

b. Bagian Tenaga-Kerja (%) N =m/k x 100%- 0.09

a. Keuntungan-(Rp/Kg) O = k-m 15.226

b. Tingkat-keuntungan (%) P = o/k x 100% 0.88%

III. Balas-Jasa Untuk Faktor-Produksi

Margin (Rp/Kg) Q= j-hi 19.760

a. Keuntungan-(%) R=(o:q) x 100%p 0,77%

b. Tenaga-Kerja (%) S =(m:q) x 100%% 0,10%

c. Input-Lain (%) T =(i;q) x 100%% 0,12%

Dari Tabel 3, bisa kita lihat jika nilai output yang dihasilkan yaitu 68 Kg kelanting dengan bahan baku yaitu 100 Kg. Faktor-Konversi adalah hasil antara pembagian..hasil produksi dan output dengan-jumlah bahan utama dibagi input yang dipakai, maka besarnya-faktor konversi pada agroindustri kelanting yaitu 0,68 artinya setiap 1-kg bahan baku ubi kayu bisa menghasilkan 0,68 kelanting.

Agroindustri kelanting mendapatkan Nilai Tambah sebesar Rp 17.226,07 yang didapat dari hasil antara pengurangan nilai output dan biaya input lain dan biaya bahan baku, sedangakan rasio-nilai-tambah kelanting ialah 0,79%. Imbalan tenaga kerja pada agroindustri kelanting dihasilkan dari hasil perkalian antara koefisien tenaga kerja dan nilai 8 di dapat dari tenaga kerja dibagi bahan baku dengannupah rata-rata tenaga-kerja Rp 25.000/HOK, sehingga diperoleh Imbalan Tenaga Kerja Rp 2.000/kg juga bagian pekerja ke nilai tambah ialah 0,09%. Besarnya keuntungannrata-rata yang diperoleh agroindustri kelanting Rp 15.226/kg denganntinggi keuntungan 0,88% dari nilai-produk.

Hasil penelitian ini menunjukan jika nilai tambah menunjukan hasil marjin dari bahan baku kelanting yaitu ubi kayu untuk mengalokasikan pada tunjangan tenaga kerja, kontribusi input lainnya dan keuntungan-pengusaha. Marjin ini adalah selisihgdari nilai produk dengan harga bahan baku per kilogram dimana setiap pengolahan 1 kg ubi kayu menjadi kelanting didapat marjin Rp 19.760/kg-yang-didistribusikan ke tiap pendapatan tenaga-kerja yyaitu 0.10% sumbangan inputtlain adalah 2.533,93 dan keuntungan 0,77%.

Bertambahnya suatu nilai komoditas dikarenakan adanya perlakuan yang dialokasikan untuk komoditas yang berkaitan merupakan pengertian nilai tambah menurut hayami (1987). Menggunakan metode Hayamiiagar mengetahui perhitungan nilai tambah agroindustri kelanting di Desa Ciklapa Kecamatan Kedungreja Kabupaten Cilacap dapat dilakukan seperti pada Tabel 3. Tingginya nilai tambah yang di dapat bisa mengindikasikan perkembangan agroindustri kelanting bisa mendapatkan nilai tambah ataultidak. Hal tersebut dapat ddilihat berdasarkan dua tolak ukur nilai tambah, yaitu:

a. Pengembangan agroindustri kelanting memberikan nilai tambah (positif) kalau NT ˃ 0.

b. Pengembangan agroindustri kelanting tidak memberikan nilai tambah (negative) jika NT ˂ 0.

KESIMPULAN Dan SARAN

Kesimpulan

Beralaskan hasil dan pembahasan, bahwa kesimpulan penelitian ini sebagai berikut:

Pendapatan diperoleh agroindustri kelanting di Desa Ciklapa Kecamatan Kedungreja Kabupaten Cilacap satu kali produksi Rp 1.522. 606,95. Pendapatan tersebut diperoleh dari penerimaan Rp 2.176.000,00. Sementara itu untuk biaya total dalam satu kali proses produksi Rp 653.393,05

Nilai Tambah yang didapat oleh agroindustri kelanting di Desa Ciklapa Kecamatan Kedungreja Kabupaten Cilacap per satu kilogram yaitu Rp 17.226,07

DAFTAR PUSTAKA

A Muri Yusuf. 2017. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, Dan Penelitian Gabungan. Jakarta: Kencana.

Cahyono, B. 2004. Aneka Produk Olahan Ubi Kayu. Semarang:CV Aneka Ilmu.

District, L. S. L. 2012. Pendapatan Dan Nilai Tambah Usaha Kopi Bubuk Robusta Di Kabupaten Lebong (Studi Kasus Pada Usaha Kopi Bubuk Cap Padi). Agrisep Vol. 15 No. 2 September 2016 Hal: 255 - 261|255

Ismini. 2010. “Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pemasaran Keripik Singkong I Perusahaan Mickey Mouse”. Agrika. Vol. 4 No. 2

Rukmana. R. (1997). Ubi Kayu Budi Dayadan Pasca Panen. Peberbit Kanisus.Y f ogyakarta. Fakultas Peternakan Dan Pertanian Undip).

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani. PenebarSwadaya. Jakarta.

Thamrin, M., Mardhiyah, A., & Marpaung, S. E. (2015). Analisis usahatani ubi kayu (Manihot utilissima). Jurnal Ilmu Pertanian, 18(1).

Udayana. (2011). PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN. Universitas warmadewa. Bali




DOI: http://dx.doi.org/10.25157/jimag.v9i1.6209

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


___________________________________________________________________________________

Diterbitkan Oleh :

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GALUH

Jl. RE Martadinata No. 150 Ciamis 46274

Telepon: 0265-2754011

Email: agroinfogaluh@gmail.com


Lisensi Creative Commons
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional.

 __________________________________________________________________________________

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroinfo Galuh diindeks oleh: