KEARIFAN MASYARAKAT PULAU-PULAU KECIL DALAM BUDIDAYA PANGAN LOKAL: Ritual Bertani Masyarakat Pulau Binongko, Kabupaten Wakatobi

Abstract

Ubikayu, jagung, uwi dan keladi/talas adalah bahan pangan lokal yang diolah menjadi aneka makanan sumber karbohidrat bagi masyarakat Pulau Binongko, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Indonesia. Umbi-umbian tersebut dibudidayakan pada lahan kering dengan menerapkan kearifan lokal. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan menjelaskan kearifan lokal dalam budidaya pangan lokal serta mengkontekskan makna agronomis kearifan tersebut dalam mendukung ketahanan pangan masyarakat pulau-pulau kecil. Penelitian dilaksanakan pada Bulan April hingga Desember 2021. Data penelitian dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan studi literatur dengan metode triangulasi. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan pendekatan agronomi menggunakan teori semiotik dan fenomenologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada konteks semiotik, ritual bhelai, phitado, honowu/katambhari, bhija-bhija/bhatata, pajere'a, phidawu-phidongka dan tompe’a melambangkan jati diri masyarakat yang menghargai harmonisasi hubungan sang pencipta, alam dan manusia. Setiap ritual mangandung unsur pemujaan, permohonan perlindungan dan ungkapan syukur. Secara fenomenologi, ritual bertani tersebut diaplikasikan mulai dari pembukaan lahan, penanaman, pemeliharaan, hingga panen, dan dapat memberikan manfaat secara ekonomi, sosial dan ekologis. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan pada petani agar mempertahankan dan mengembangkan ritual bertani dengan mewariskan nilai-nilai kearifannya pada setiap generasi. Pemerintah juga perlu menerapkan program pengembangan budidaya pangan melalui kearifan lokal masyarakat sehingga dapat mendukung kebertahanan pangan masyarakat secara berkelanjutan