Abstract
ABSTRAKPenelitian ini mengkaji struktur, fungsi, dan makna tuturan mantra M’Bei’i dalam konteks Ritual M’Bei’i yang dilaksanakan oleh masyarakat suku Kutai Adat Lawas di Desa Kedang Ipil, Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Mantra dalam kepercayaan masyarakat setempat merupakan rangkaian ujaran yang diyakini memiliki kekuatan supranatural serta daya magis, yang berfungsi untuk mengusir roh-roh jahat yang diyakini dapat mengganggu kehidupan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan secara mendalam bentuk, fungsi, dan makna mantra M’Bei’i dalam praktik ritual masyarakat suku Kutai Adat Lawas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif melalui studi lapangan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara terstruktur, pencatatan, penyimakan, serta dokumentasi. Sementara itu, analisis data dilakukan melalui tahapan reduksi data, transkripsi, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tuturan mantra M’Bei’i memiliki empat karakteristik utama, yakni terdiri atas rangkaian kata dengan unsur rima atau persajakan, bersifat lisan dan magis, menggunakan bahasa khusus yang hanya dipahami oleh penutur dan pendengar tertentu (asoferik), serta mengandung kosakata yang jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Dari aspek fungsional, mantra M’Bei’i berperan dalam menjaga keseimbangan kehidupan sosial masyarakat dengan berfungsi sebagai sarana perlindungan terhadap gangguan roh halus, alat pengendalian sosial, simbol toleransi dalam kehidupan bermasyarakat, media untuk berdoa, serta sebagai upaya dalam melestarikan budaya lokal suku Kutai Adat Lawas. Kata Kunci: Tuturan Mantra M’bei’i, Bentuk, Fungsi, dan Makna Kutai adat lawasABSTRACTThis reseacrh examines the structure, function, and meaning of the M’Bei’i mantra within the context of the M’Bei’i Ritual, which is performed by the Kutai Adat Lawas community in Kedang Ipil Village, Kota Bangun District, Kutai Kartanegara Regency, East Kalimantan Province. In the local community’s belief system, a mantra is a series of utterances believed to possess supernatural power and mystical energy, serving as a means to repel malevolent spirits that are thought to disrupt human life. The primary objective of this research is to provide an in-depth analysis of the form, function, and meaning of the M’Bei’i mantra as practiced in the ritual traditions of the Kutai Adat Lawas community. This study employs a qualitative research method with a descriptive approach through field studies. Data collection techniques include observation, structured interviews, note-taking, listening, and documentation. Meanwhile, data analysis is conducted through several stages: data reduction, transcription, data presentation, and conclusion drawing. The findings reveal that the M’Bei’i mantra exhibits four key characteristics: it consists of a sequence of words with rhythmic or poetic elements, is orally transmitted and possesses magical properties, utilizes a specialized language understood only by certain speakers and listeners (asoferic), and incorporates vocabulary rarely used in everyday speech. Functionally, the M’Bei’i mantra plays a crucial role in maintaining social harmony by serving as a protective mechanism against spiritual disturbances, a tool for social control, a symbol of tolerance within the community, a medium for prayer, and a means of preserving the local cultural heritage of the Kutai Adat Lawas people. Keywords: M'bei'i Mantra Speech, Form, Function, and Meaning of Kutai Adat LawasABSTRAKPenelitian ini mengkaji struktur, fungsi, dan makna tuturan mantra M’Bei’i dalam konteks Ritual M’Bei’i yang dilaksanakan oleh masyarakat suku Kutai Adat Lawas di Desa Kedang Ipil, Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Mantra dalam kepercayaan masyarakat setempat merupakan rangkaian ujaran yang diyakini memiliki kekuatan supranatural serta daya magis, yang berfungsi untuk mengusir roh-roh jahat yang diyakini dapat mengganggu kehidupan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan secara mendalam bentuk, fungsi, dan makna mantra M’Bei’i dalam praktik ritual masyarakat suku Kutai Adat Lawas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif melalui studi lapangan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara terstruktur, pencatatan, penyimakan, serta dokumentasi. Sementara itu, analisis data dilakukan melalui tahapan reduksi data, transkripsi, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tuturan mantra M’Bei’i memiliki empat karakteristik utama, yakni terdiri atas rangkaian kata dengan unsur rima atau persajakan, bersifat lisan dan magis, menggunakan bahasa khusus yang hanya dipahami oleh penutur dan pendengar tertentu (asoferik), serta mengandung kosakata yang jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Dari aspek fungsional, mantra M’Bei’i berperan dalam menjaga keseimbangan kehidupan sosial masyarakat dengan berfungsi sebagai sarana perlindungan terhadap gangguan roh halus, alat pengendalian sosial, simbol toleransi dalam kehidupan bermasyarakat, media untuk berdoa, serta sebagai upaya dalam melestarikan budaya lokal suku Kutai Adat Lawas. Kata Kunci: Tuturan Mantra M’bei’i, Bentuk, Fungsi, dan Makna Kutai adat lawas
References
Hutomo, S. (2019). Folklor Indonesia: Pengantar Studi Sastra Lisan. Jakarta: Pusat Bahasa.
Kosasih, E. (2020). Apresiasi Sastra Indonesia. Bandung: Yrama Widya.
Teeuw, H. (2019). Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Gramedia.
Dawati, N., & dkk. (2019). "Kajian Sastra Lisan dalam Budaya Kutai Adat Lawas". Jurnal Budaya Nusantara, 5(2), 140-160
Indrahastuti, L., & Riyono, B. (2020). "Fungsi dan Makna Mantra dalam Ritual Tradisional Indonesia". Jurnal Ilmu Budaya, 7(3), 55-70.
Ramadhani, D. T., & Zaidan, A. (2013). "Struktur dan Fungsi Mantra dalam Tradisi Melayu". Jurnal Sastra dan Budaya, 4(1), 45-60.