PERAN MUSEUM SEBAGAI SUMBER ILMU PENGETAHUAN BUDAYA BANGSA INDONESIA
Ufi Raraswati, Dita Ari Yanti
Sari
Pengertian tentang museum dari zaman ke zaman mengalami perubahan, karena museum senantiasa mengalami perubahan tugas dan kewajibannya. Museum berakar dari kata Latin museion. Museion merupakan sebuah bangunan tempat suci untuk memuja sembilan Dewi Seni dan llmu Pengetahuan. Museion selain sebagai tempat suci pemujaan Dewa Dewi juga tempat berkumpulnya para cendekiawan untuk mempelajari serta menyelidiki berbagai ilmu pengetahuan. Museum mengalami puncaknya pada Abad Pertengahan berkembang menjadi tempat penyimpanan benda-benda pribadi milik pangeran, bangsawan, para pencipta seni dan budaya, serta para pencipta ilmu pengetahuan. Museum juga pernah diartikan sebagai kumpulan ilmu pengetahuan dalam karya tulis seorang sarjana. Ini terjadi di zaman ensiklopedis yaitu zaman sesudah Renaissance di Eropa Barat. Zaman tersebut ditandai oleh kegiatan orang-orang untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan mereka tentang manusia, berbagai jenis flora maupun fauna serta tentang bumi dan jagat raya disekitarnya. Gejala berdirinya museum tampak pada akhir abad 18 sejalan dengan perkembangan pengetahuan di Eropa, termasuk Negeri Belanda. Perkembangan museum di Belanda sangat mempengaruhi perkembangan museum di Indonesia. Memasuki abad ke-18 perhatian terhadap ilmu pengetahuan dan kebudayaan baik pada masa VOC maupun Hindia-Belanda makin jelas dengan berdirinya lembaga-lembaga yang benar-benar kompeten, antara lain pada tanggal 24 April 1778 didirikan Bataviaach Genootschap van Kunsten en Wetenschappen berkedudukan di Batavia atau Jakarta. Keberadaan museum sesudah tahun 1945 dan setelah Indonesia merdeka selanjutnya menjadi bagian program dari pembangunan bangsa Indonesia, khususnya dalam bidang Pengetahuan, Pendidikan dan Budaya. Adapun tujuan diselenggarakan museum adalah untuk tiga kepentingan yaitu pengkajian (ilmu pengetahuan), pendidikan (ajaran) dan kesenangan /rekreasi (perasaan).
Referensi
Alberta Museums Association. 1990. Standard practices Handbook For Museums. Edmonton: Canada
Aminta Neal, 1969. Help! For The Small Museum. Handbook of Eschibits Ideas And Methods. Colorado: Pruett Press-Boulder.
--------------.1986. Eschibits for the Small Museum, a Handbook, American Association for State and Local History. Nashiville-Tenesse.
Burcaw, G. Ellis. 1983. Introduction To Museum Work. Nashville: AASLH
Daeng, Hans Jk. 2000. Manusia, Kebudayaan, Lingkungan : Tinjauan Antropologis. Jogyakarta: Pustaka Pelajar
Direktorat Museum. 2008. Pedoman Museum Indonesia. Jakarta:
Direktorat Museum Jenderal Sejarah dan Purbakala. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Ellis Burcaw. G. 1987. Introduction to Museum Work, the American Association for State and Local History, Nashville-Tenesse.
Naisbitt, John. 1994. Global Paradox (alih bahasa: Drs. Budijanto). Jakarta Barat: Binarupa Aksara.
Sumadio, Bambang. 1996/1997. Bunga Rampai Permuseuman. Jakarta : Direktorat Permuseuman