POLITIK BERAS DAN GERAKAN SOSIAL: RESISTENSI PETANI UNRA SULAWESI SELATAN MASA KEPENDUDUKAN JEPANG 1943

Moch Dimas Galuh Mahardika, Fahmi Nur Ramadhan

Abstract

Dalam rangka mendukung upaya Jepang memenangkan Perang Asia Timur Raya, Jepang menerapkan kebijakan mobilisasi massa dan sistem “politik beras” atau wajib serah padi secara paksa terhadap petani di Indonesia. Implikasi politis dari kebijakan ini adalah terjadinya perubahan sosial pada masyarakat pedesaan seperti perubahan struktur otoritas tradisional di Sulawesi Utara. Penerapan sistem politik beras ini juga membuat rakyat Indonesia semakin menderita. Ada dua faktor utama penyebab terjadinya pemberontakan, yaitu penyebab langsung dan tidak langsung. Perlakuan kasar penagih setoran kepada warga desa dan perilaku kekerasan aparat polisi ketika melakukan inspeksi ke desa Unra dalam rangka melakukan penagihan kewajiban setoran beras kepada warga. Selain itu, penyebab tidak langsung ialah adanya penetapan kewajiban setor beras dari pemerintah pendudukan Jepang kepada petani, yang kuotanya 500 liter per kepala rumah tangga. Faktor-faktor inilah yang kemudian menjadi pemicu munculnya perlawanan rakyat di pedesaan, terutama di daerah-daerah lumbung beras seperti yang terjadi di desa UNRA pada tahun 1943. Gerakan pemberontakan petani UNRA ini dipimpin seorang tokoh agama bernama Guru Mante. 

Keywords

Politik beras; Pemberontakan; Unra

References

Ahimsa, H. S. (1988). Minawang: Hubungan Patron-Klien di Sulawesi Selatan. Gadjah Mada University Press.

Carey, P., Suhardiyoto, H., & Sri, M. (2017). Korupsi Dalam Silang Sejarah Indonesia dari Deandles (1808-1811) sampai Era Reformasi. Komunitas Bambu.

De Jong, L. (1987). Pendudukan Jepang di Indonesia. Kasaint Blanc.

Geertz, C. (1966). Agricultural Inovlution. University of California Press.

Geertz, C. (1973). The Interpretation Of Cultures.

Hafid, A. (1997). Pemberontakan Petani Allu (Laporan Penelitian). Balai Sejarah dan Nilai Tradisional.

Hobsbawm, E. J. (1971). From Social History to the History of Society. Daedalus, 100(1,), 20–45.

Hobsbawm, E. J. (2018). Bandit: Genealogi dan Struktur Sosial. Antitesis.

Kamaruddin, S. A. (2012). Pemberontakan Petani UNRA 1943. 16(1), 17.

Kuntowijoyo. (2005). Pengantar lmu Sejarah. Bentang Pustaka.

Kurosawa, A. (2015). Mobilisasi dan Kontrol: Studi Tentang Perubahan Sosial di Pedesaan Jawa 1942-1945. Komunitas Bambu.

Limbu Gau, D. (1991). Gerakan Protes UNRA: Suatu Gerakan Sosial di Pedalaman Agraris Sulawesi Selatan. Universitas Hasanuddin.

Nagazumi, A. (1998). Pemberontakan di Indonesia pada Masa Jepang. Yayasan Obor Indonesia.

Ningrum, R. K., Waluyo, H. J., & Winarni, R. (2017). Representation of Japanese Post-colonial Experience in the Year of 1942-1945 Based on Pramoedya Ananta Toer’s Novel “Perburuan.” None, 16(1), 105–117.

Oktorino, N. (2016). Di Bawah Matahari Terbit. Elex Media Komputindo.

Ricklefs, M. C. (2007). Sejarah Indonesia Modern. Serambi Ilmu.

Soediono, M. P. T., & Gunawan, W. (1984). Dua Abad Penguasaan Tanah: Pola Penguasaan Tanah Pertanian di Jawa dari Masa ke Masa. Yayasan Obor Indonesia.

Suharko. (2006). Gerakan Sosial Baru di Indonesia: Repertoar Gerakan Petani. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 10(1), 1–23.

Suryanegara, & Ahmad Mansur. (2010). Api Sejarah 2. Pustaka Semesta.

Tom, B. (2005). The Journal of Peseant Studies: The Third Decade. Journal of Peseant Studies, 32(1), 153–241.

Utami, S. M. (2011). Pengaruh Politik Pintu Terbuka Terhadap Masyarakat Pedesaan Di Jawa. Paramita: Historical Studies Journal, 21(1), Article 1. https://doi.org/10.15294/ paramita.v21i1.1025

Vickers, A. (2005). A History of Modern Indonesia. Cambridge University Press.

Wolf, E. R. (1983). Petani: Suatu Tinjauan Antropologis. CV Rajawali.

Zed, M. (2004). Metode Peneletian Kepustakaan. Yayasan Obor Indonesia.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.