KOTA KOLONIAL HINDIA BELANDA 1800-1942: DITINJAU DARI PERMASALAHAN SEJARAH PERKOTAAN

Dewi Ratih

Abstract

Studi mengenai sejarah perkotaan dewasa ini selalu dipertanyakan karena perspektif dan metodologi yang tidak terikat oleh salah satu bidang keilmuan. Kota pada awalnya adalah sebuah wilayah biasa, artinya sebuah wilayah kecil dengan berpenduduk sedikit dan biasa kita kenal dengan nama desa. Namun lama-kelamaan desa mengalami perubahan secara terus-menerus dan konsep perkotaan mulai lahir. Proses tersebut cepat atau lambat menghadirkan beberapa permasalahan karena setiap manusia memiliki cara untuk mengikuti perubahan dan menyesuaikan diri. Perubahan antara desa dan kota tentu mempunyai proses yang sangat berbeda, perubahan di desa dapat dikatakan lambat karena rangsangan faktor eksternal yang ada tidak dapat diprediksikan. Sedangkan perubahan kota sangatlah cepat karena dipicu oleh perkembangan teknologi yang sangat cepat. Substansi permasalahan kota kolonial jika ditinjau dari permasalahan sejarah perkotaan dapat dianalisis menggunakan paradigma Bergel, dimana perubahan atau perkembangan suatu wilayah kecil atau desa berubah menjadi desa mengalami fase evolusi dari desa hingga kota metropolis. The study of urban history today is always questionable because of the perspectives and methodology that are not bound by any of the fields of science. The city was originally an ordinary territory, meaning a small area with few inhabitants and we used to know the name of the village. Over time, however, the village experienced continuous change and the urban concept was born. The process sooner or later presents some problems because every human being has a way to keep up with changes and adjust. The change between the village and the city certainly has a very different process, the change in the village can be said to be slow because the existing external factor stimuli can not be predicted. While the change of the city is very fast because it is triggered by rapid technological developments. The substance of the colonial city's problems in terms of urban history can be analyzed using Bergel's paradigm, where the change or development of a small area or village turns into a village undergoing an evolutionary phase from the village to the metropolis.

Keywords

Desa; Sejarah Perkotaan; Kota Kolonial

References

Anrooij. Fv [terj: Nurhayu & Susi]. 2014. De Koloniale Staat, 1854-1942. Leiden. Nationaal Arcief.

Basundoro. P. 2014. Pengantar Sejarah Kota. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Basundoro. P. 2013. Merebut Ruang Kota: Aksi Rakyat Miskin Kota Surabaya 1900-1960. Tangerang: Marjin Kiri

Blackburn. S. 2011. Jakarta 400 Tahun. Jakarta: Masup.

Gottschalk, L. 2008. Mengerti Sejarah. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Hardjasaputra, S.A. 2002. Perubahan Sosial di Bandung 1810-1906. Disertasi. Depok: PPS Universitas Indonesia

Herlina. N, et al. 2013. Sejarah Kota-kota lama di Jawa Barat. Bandung: Balai Pengelolaan Kepurbakalaan, Sejarah dan Nilai Tradisional, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat dan YMSI Cabang Jawa Barat.

Lombard. D. 2008. Nusa Jawa Silang Budaya, Jilid I: Batas-batas Pembaratan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama dengan Forum Jakarta-Paris dan Ecole Francaise d’Extreme-Orient.

Nas. P.J.M. 2007. Kota-Kota Indonesia: Bunga Rampai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Noordjanah. A. 2010. Komunitas Tionghoa di Surabaya. Yogyakarta: Ombak.

Staatsblad van Nederlandsch Indie. Jaar 1866. No. 127.

Pamungkas, G & Adolf Heuken. 2001. Menteng: Kota Taman Pertama di Indonesia. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka.

Wardani.T. 2016. Mengabarkan Gerakan: Surat Kabar Anti Kolonialisme 1920-1926. Ciamis: Kentja Press.

Yeoh, B. S.A. 1996. Contesting Space: Power Realtions and the Urban Built Environment in Colonial Singapore. Singapore: Oxford University Press.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.