Abstract
Tradisi angklung badud merupakan salah satu bentuk kesenian berjenis angklung buhun yang berasal dari Dusun Margajaya Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran. Tradisi angklung badud tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Dusun Margajaya, Kecamatan Cijulang. Hal ini diindikasikan dari penggunaan tradisi angklung badud sebagai media dalam ritual pertanian padi, yang merupakan mayoritas profesi masyarakat Dusun Margajaya, Kecamatan Cijulang. Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang memberikan gambaran mengenai keadaan atau gejala yang terjadi tanpa melepaskan objek yang diteliti. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini bahwa seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi yang semakin maju, perkembangan dan pelestarian tradisi angklung badud semakin memprihatinkan. Banyak faktor yang yang menjadikan eksistensi tradisi angklung badud berada di posisi yang mengkhawatirkan. Beberapa faktor yang mempengaruhi terhambatnya perkembangan angklung badud diantaranya: 1). Perubahan sistem pertanian masyarakat sebagai akar tradisi angklung badud, 2). Sistem pewarisan yang kurang optimal, 3). Akulturasi budaya yang menggerus pelestarian angklung badud. 4). Mind set masyarakat yang lebih menyukai hal-hal yang bersifat modern, 5). Kurangnya kesadaran masyarakat dalam melestarikan tradisi lokal, 6). Kepedulian pemerintah daerah yang kurang optimal terhadap pelestarian angklung badud.AbstractThe tradition of Badud angklung is one of the art forms of angklung buhun originating from Margajaya Hamlet, Cijulang District, Pangandaran Regency. The Badud angklung tradition grows and develops in the people of Margajaya Hamlet, Cijulang District. This is indicated by the use of the angklung badud tradition as a medium in rice farming rituals, which constitutes the majority of the profession of the people of the Margajaya Hamlet, Cijulang District. This research is included in descriptive qualitative research, namely research that provides an overview of the situation or symptoms that occur without releasing the object under study. Data collection techniques in this study used observation, interview and documentation techniques. The results of this study that along with the development of the times and increasingly advanced technological advances, the development and preservation of the Badud angklung tradition is increasingly alarming. Many factors that make the existence of the Angud Angklung tradition in a worrying position. Several factors that influence the development of badud angklung include: 1). Changes in the community farming system as the root of the Badud angklung tradition, 2). Less optimal inheritance system, 3). Cultural acculturation which undermines the preservation of badud angklung. 4). The mind set of people who prefer things that are modern, 5). Lack of public awareness in preserving local traditions, 6). The sub-optimal government's concern for the preservation of badud angklung.
Keywords
Tradisi Angklung Badud; Angklung Badud
References
Budi, Dinda Satya Upaja. 2001. Angklung Baduy dalam Upacara Ritual Ngaseukeun. Program Pasca Sarjana seni Pertunjukan. Jurusan Ilmu-Ilmu Humaniora. Universitas Gajah Mada. tidak di Publikasikan
Creswell, John W. 2012. Research Design. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Kubarsah, R. Ubun. 1994. Waditra Mengenal Alat-Alat Kesenian Daerah Jawa Barat. Bandung: CV. Sampurna.
Masunah, Juju. 2003. Angklung di Jawa Barat. Bandung: P4ST UPI.
Moleong, J.L. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif (Cetakan ke-31). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Peursen, van. 1988. Strategi Kebudayaan. Edisi Kedua. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar, Bandung, Ghalia.
Ratna, I Nyoman Kutha. 2010. Metode Penelitian; Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya.Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Satori, Djam’an dan Komariah, Aan. 2013.Metode Penelitian Kualitatif. Bandung.PT. Remaja Rosdakarya.
Wiramihardja, Obby A.R 2010. Panduan Bermain Angklung. Jakarta. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan Badan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.